Aturanjumlah siswa dan rombongan berguru (rombel) di madrasah. Jumlah siswa ini termasuk jumlah siswa minimal maupun maksimal dalam setiap rombel, dan jumlah rombel tiap kelas dalam satu madrasah.Hal ini selain terkait dengan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di RA dan madrasah, juga terkait dengan instrumen pengakuan dan penghitungan rasio guru : siswa dalam kelayakan penyaluran proteksiDalam rangka untuk menyambut Tahun Pelajaran baru 2018/2019, Kemendikbud telah menerbitkan sebuah Peraturan yang bernama Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 yang membahas tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak TK, Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, atau juga Bentuk Lain yang Sederajat. Salah satu hal utama yang diatur dan dibahas dalam Permendikbud tersebut ialah mengenai jumlah peserta didik di dalam satu rombongan belajar rombel dan juga jumlah rombel pada setiap sekolah. Maka dari itu kali ini saya akan membahas mengenai Aturan Jumlah Siswa dan Rombel Sekolah Terbaru. Silahkan perhatikan baik-baik. Aturan Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel Sesuai dengan pasal 24 Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, jumlah peserta didik di dalam satu rombel ketentuannya adalah sebagai berikut. Jenjang Pendidikan SD Untuk jenjang SD, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 20 dan paling banyak ialah 28 peserta didik. Jenjang Pendidikan SMP Untuk jenjang SMP, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 20 dan paling banyak ialah 32 peserta didik. Jenjang Pendidikan SMA Untuk jenjang SMA, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 20 dan paling banyak ialah 36 peserta didik. Jenjang Pendidikan SMK Untuk jenjang SMK, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 15 dan paling banyak ialah 36 tiga puluh enam peserta didik. Jenjang Pendidikan SDLB Untuk jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling banyak ialah 5 orang. Jenjang Pendidikan SMPLB dan SMALB Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB, di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling banyak ialah 8 orang. Aturan Jumlah Rombel di Sekolah Berdasarkan Pasal 26 Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 telah dijelaskan bahwa jumlah rombel pada sekolah telah diatur sebagai berikut. Jenjang Pendidikan SD Untuk Jenjang SD atau bentuk lain yang sederajat, jumlah Rombel paling sedikit ialah 6 dan paling banyak ialah 24 rombel. Setiap tingkat paling banyak ialah 4 rombel. Jenjang Pendidikan SMP Untuk jenjang SMP atau juga bentuk lain yang sederajat, jumlah rombel paling sedikit ialah 3 dan paling banyak ialah 33 rombel. Setiap tingkat paling banyak ialah 11 rombel. Jenjang Pendidikan SMA Untuk jenjang SMA atau juga bentuk lain yang sederajat, jumlah Rombel paling sedikit ialah 3 dan paling banyak ialah 36 rombel, setiap tingkat paling banyak ialah 12 rombel. Jenjang Pendidikan SMK Untuk jenjang SMK atau juga bentuk lain yang sederajat, jumlah Rombel paling sedikit ialah 3 dan paling banyak ialah 72 rombel, setiap tingkat paling banyak ialah 24 rombel. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2017 Beragamnya kondisi dan keadaan sekolah di Indonesia, menyebabkan tidak memungkinkannya aturan mengenai jumlah peserta didik dan Jumlah Rombel di atas diterapkan secara menyeluruh. Maka dari itu, berdasarkan atas berbagai pertimbangan, Mendikbud Bapak Muhadjir Effendy telah menerbitkan Surat Edaran SE Nomor 3 Tahun 2017 yang isinya membahas tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Surat tersebut sudah ditandatangani Mendikbud langsung pada Kamis, 6 Juli 2017. Di dalam Surat tersebut menjelaskan bahwa ketentuan tentang jumlah peserta didik di dalam satu Rombel dan juga jumlah Rombel pada setiap jenjang sekolah diberlakukan hanya bagi para peserta didik baru untuk kelas I, kelas VII, dan kelas X pada masing-masing sekolah. Lalu, jika berdasarkan dari analisis kebutuhan, sekolah si setiap provinsi/kabupaten/kota di Indonesia masih belum bisa menampung peserta didik yang sudah tersedia berdasarkan ketentuan mengenai zonasi, jumlah peserta didik di dalam satu rombongan belajar, dan jumlah rombongan belajar pada setiap sekolah, maka ketentuan di atas bisa dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kesiapan setiap provinsi/kabupaten/kota setempat. Selain itu, di dalam Surat Edaran itu juga secara tegas telah menyebutkan bahwa jika sekolah sudah melaksanakan penerimaan peserta didik baru ketika belum terbitnya Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, maka sekolah bisa meneruskan proses untuk penerimaan peserta didik baru berdasarkan dengan kebijakan yang sudah ditetapkan sebelum terbitnya Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2017 ini ditujukan kepada semua gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia guna menciptakan ketertiban dalam proses penerimaan peserta didik baru Tahun 2017/2018. Demikianlah informasi mengenai Aturan Jumlah Siswa dan Rombel Sekolah Terbaru yang bisa kami sampaikan untuk anda semunya.
SMPLBdan SMALB dalam satu kelas paling banyak 8 peserta didik Sementara itu jumlah rombongan belajar dalam satu sekolah juga harus berpedoman pada aturan jumlah rombel berikut ini. SD, paling sedikit 6 rombongan belajar dan paling banyak 24 rombongan belajar dengan ketentuan maksimal 4 rombongan belajar pada masing-masing tingkat.
Membuat rombel normal dan sesuai aturan sudah diatur sebelumnya dan dituangkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Menjelang PPDB, tentunya panitia bahkan orang tua mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran yang meliputi alokasi jam tatap muka pembelajaran, rombongan belajar atau rombel, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas maupun laboratorium. Untuk kali ini, Admin Guru Dikdas Lamongan hanya akan membahas seputar alokasi jam tatap muka pembelajaran dan rombongan belajar, mengingat proses PPDB atau pembagian rombel normal di masing-masing kelas sesuai aturan. Alokasi Jam Tatap Muka Pembelajaran Alokasi jam tatap muka pembelajaran merupakan persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yang nantinya di laksanakan oleh masing-masing jenjang satuan pendidikan. Untuk SD/MI adalah 35 menit, SMP/MTs 40 menit, SMA/MA 45 menit, dan SMK/MAK adalah 45 menit. Rombongan Belajar Dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, jumlah rombongan belajar atau rombel per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dapat Admin sajikan berupa tabel sebagaimana gambar berikut. Rombongan Belajar Sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Jadi, untuk SD/MI apabila jumlah rombel adalah 6 maka batas maksimum peserta didik dalam 1 satu kelas adalah 28 peserta didik jika tidak pararel, begitu juga seterusnya untuk jenjang yang lain. Untuk TK jumlah maksimum peserta didik dalam 1 satu rombongan belajar adalah 15 peserta. Cara Membuat Rombel Normal dan Sesuai Aturan Membuat rombel normal dan sesuai aturan ini sangat berkaitan erat dengan yang namanya Tunjangan Profesi Pendidik ataupun data yang lain utamanya di Dapodik, jadi panitia PPDB nantinya dapat membagi rombel sesuai dengan jumlah penerimaan peserta didik. Selain itu ada beberapa hal yang paling berkaitan erat dengan Tunjangan Profesi Pendidik bagi guru yang sudah sertifikasi yaitu NUPTK Valid, Kelulusan Valid, dan Data Kepegawaian Valid. Data kepegawaian valid salah satunya juga termasuk beban kerja. Beban kerja ini juga termasuk jam mengajar dan jumlah kecukupan siswa dalam 1 satu rombel. Rombel Normal atau Pararel Untuk pembagian rombel normal apabila jumlah peserta didik kurang dari batas maksimum masih bisa dikatakan normal. Apabila lebih dari batas maksimum maka rombel dapat dilakukan secara pararel. Hal yang perlu di ingat oleh panitia PPDB adalah memaksimalkan dulu jumlah peserta didik dalam satu rombel kemudian membuat rombel baru jika jumlah peserta didik sudah melebihi batas maksimum sesuai yang ditentukan dalam aturan. Apakah untuk SD/MI jumlah peserta didik dalam 1 satu kelas hanya 10 atau 11 peserta didik dari batas maksimum 28 peserta didik dapat dikatakan normal atau valid? Jawabannya adalah normal atau valid. Bagaimana dengan SD/MI yang jumlah peserta didik dalam 1 satu kelas melebihi dari batas maksimum 28 peserta didik misal 30 peserta didik dapat dikatakan normal atau valid? Bagaimana cara membagi dan membuat rombel pararel? Jawabannya adalah normal atau valid. Untuk rombel yang berjumlah 30 peserta didik bisa dibuat 2 dua rombel dengan masing-masing kelas 15 peserta didik. Bagaimana dengan SD/MI yang jumlah peserta didik dalam 1 satu kelas melebihi dari batas maksimum 28 peserta didik misal 45 atau 50 peserta didik dapat dikatakan normal atau valid? Bagaimana cara membagi dan membuat rombel pararel? Jawabannya adalah normal atau valid. Caranya yaitu maksimumkan dulu jumlah peserta dalam 1 satu rombel 28 peserta didik kemudian selebihnya bikin rombel baru. Apakah untuk satuan pendidikan jenjang di atas SD/MI juga sama untuk membuat rombel normal atau pararel?Jawabannya adalah iya, sama. Dampak Rombel Normal atau Pararel Tidak Valid Dampak dari rombel normal atau pararel tidak valid yaitu tidak menerima tunjangan atau sertifikasi, untuk itu simak keterangan berikut Jam linier tidak bisa di hitung. Jumlah siswa. Rombel harus ada ruangan. Sarana dan prasarana. Jam liner 0 nol Rombel jumlah jam melebihi batas maksimum. Mapel tidak boleh double. Sebagai bahan arsip Guru maupun Sekolah, unduh Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah beserta lampirannya. [Unduh] Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.Aturanterkait jumlah siswa dan rombel yang dimaksud di atas adalah terkait dengan ketentuan jumlah maksimal siswa dan rombel di suatu madrasah. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada bagian A. Kriteria nomor 8 mengenai jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar dan jumlah rombongan belajar diberikan dispensasi dengan ketentuan bahwaDitulis pada Tuesday, July 09, 2019 Jika anda masih ingat dengan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, dimana dalam Permendikbud tersebut sudah sangat jelas diberitahukan mengenai aturan dari jumlah maksimal peserta didik yang diperbolehkan per-rombongan belajar dalam satu kelas, baik itu tingkat SD, SMP, SMA/SMK, SLB dan postingan ini saya mencoba untuk mengingatkan kembali mengenai aturan maksimal peserta didik dalam 1 satu rombel supaya nantinya tidak ada lagi data invalid yang terdeteksi didapodik sekolah anda. Sebagai contoh, bila jumlah peserta didik SD di kelas 1 sebanyak 200 orang, maka anda harus membaginya dalam berapa rombel?Jika dibulatkan, untuk kelas 1 didapodiknya harus dibuat sebanyak 6 rombel supaya ketika sinkronisasi tidak ditemui data yang invalid. Di Sekolah Dasar sendiri jumlah peserta didik maksimal dalam satu kelas yaitu sebanyak 28 peserta didik dengan jumlah rombongan belajar dari kelas 1 sampai kelas 6 sebanyak 24 rombel. Sebagai asusmi, apabila disekolah anda jam mengajarnya sampai sore 2 shift, itu berarti sekolah anda harus menyediakan 3 ruang kelas untuk kelas lebih jelasnya mengenai jumlah maksimal rombongan belajar dan jumlah peserta didik per rombel dari masing - masing satuan pendidikan, anda dapat melihat pada tabel yang terlampir seperti berikut ini No Satuan Pendidikan Jumlah Rombel Jumlah Maks. PD Per-Rombel 1 SD/MI 6-24 28 2 SMP/MTs 3-33 32 3 SMA/MA 3-36 36 4 SMK 3-72 36 5 SDLB - 5 6 SMPLB - 8 7 SMALB - 8 Keterangan PD Peserta DidikBerdasarkan Permendikbud Nomor 17 Tahun tabel diatas menjelaskan jumlah maksimal, lalu berapa jumlah minimal dari tiap - tiap satuan pendidikan tersebut? Berdasarkan pada Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 pada pasal 24 menjelaskan bahwa Jumlah peserta didik di SD paling sedikit sebanyak 20 peserta didik; Jumlah peserta didik di SMP paling sedikit sebanyak 20 peserta didik; Jumlah peserta didik di SMA paling sedikit sebanyak 20 peserta didik; Jumlah peserta didik di SMK paling sedikit sebanyak 15 peserta didik; Untuk SDLB/SMPLB/SMALB tidak dijelaskan, asumsi saya berarti pada satuan pendidikan tersebut tidak ada batas Sampai saat ini disekolah saya mengajar masih tetap menggunakan acuan dari permendikbud nomor 22 tahun 2016, namun apabila terdapat Permendikbud terbaru tentang jumlah minimal dan jumlah maksimal peserta didik dalam 1 rombel, mohon beri tahu saya lewat kolom komentar dibawah. Terima Artikel diperbaharui pada tanggal 23 Juli 2019. 12April 2022 20:53 PM. PENJELASAN: Kadispendik Jawa Timur Wahid Wahyudi menjelaskan aturan PPDB jenjang SMA dan SMK di Jawa Timur. (ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA) SURABAYA - Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun 2022 mulai dilaksanakan pada Mei mendatang. Tidak ada perubahan signifikan dalam penerimaan sistem PPDB tahun ini. Peraturan Resmi Tentang Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel Pendidikan di Indonesia memiliki aturan resmi yang mengatur tentang jumlah peserta didik dalam satu rombel. Aturan ini dibuat oleh pemerintah dan bertujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan terpenuhi hak-haknya dalam materi kurikulum. Menurut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Pasal 12 ayat 1, jumlah peserta didik dalam satu rombel pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut SD 35-40 siswa SMP 32-36 siswa SMA 30-36 siswa Aturan ini memiliki beberapa alasan yang melandasi kebijakan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Pertama, jumlah peserta didik yang terlalu banyak dalam satu rombel dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru akan kesulitan memberikan perhatian khusus pada peserta didik yang membutuhkan bantuan atau yang kurang memahami materi secara individual. Hal ini dapat menghambat proses belajar dan merugikan peserta didik dalam jangka panjang. Kedua, dengan jumlah peserta didik yang ideal dalam satu rombel, akan memudahkan pengawasan dan pengendalian kelas oleh pengawas sekolah dan guru. Hal ini membantu menciptakan kondisi belajar yang kondusif sehingga peserta didik dapat lebih fokus dan konsentrasi selama pembelajaran. Ketiga, kebijakan jumlah peserta didik dalam satu rombel didasarkan pada prinsip kesetaraan. Setiap peserta didik memiliki hak yang sama dalam memperoleh hak pendidikan yang berkualitas. Dengan membatasi jumlah peserta didik, pemerintah dan sekolah dapat memastikan setiap peserta didik terlayani dengan baik dan mendapatkan haknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun demikian, aturan jumlah peserta didik dalam satu rombel ini menjadi tantangan bagi beberapa sekolah di Indonesia yang harus menampung lebih banyak peserta didik. Hal ini terjadi terutama di daerah perkotaan atau wilayah yang terbatas dalam ruang kelas dan fasilitas pendidikan lainnya. Oleh sebab itu, pemerintah memberikan solusi dalam bentuk pembangunan sekolah baru atau menambah kelas sehingga kebijakan jumlah peserta didik dalam satu rombel dapat terpenuhi dan hak-hak pendidikan setiap peserta didik terpenuhi. Tidak hanya itu, penggunaan teknologi juga dapat dijadikan alternatif untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas, meskipun peserta didik dalam jumlah yang besar. Sebagai kesimpulan, Peraturan Resmi Tentang Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel merupakan kebijakan penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dalam implementasinya, pengawasan dan pengendalian yang ketat diperlukan agar kualitas pembelajaran dapat terjamin dan hak pendidikan setiap peserta didik terpenuhi. Namun, tantangan untuk memenuhi kebijakan jumlah peserta didik dalam satu rombel harus diantisipasi dengan solusi terbaik agar tidak menghambat proses belajar mengajar dan memberikan dampak negatif pada peserta didik. Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam Penetapan Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah memiliki tanggung jawab penting dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar atau rombel. Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah perlu memastikan bahwa jumlah peserta didik dalam satu rombel tidak melebihi standar yang diperbolehkan dan dapat menjamin kualitas pembelajaran. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipertimbangkan oleh kepala sekolah dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel agar dapat mencapai optimalisasi proses pembelajaran dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. 1. Luas Ruang Kelas dan Ketersediaan Fasilitas Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah harus memperhatikan luas ruang kelas dan ketersediaan fasilitas dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Harus memastikan bahwa kelas memiliki ruang yang cukup, berkualitas dan memadai agar para peserta didik merasa nyaman dan fokus dalam belajar. Demikianlah, keberadaan meja serta kursi yang memadai di dalam kelas sangat penting untuk menciptakan kenyamanan dan kondusifitas dalam belajar mengajar, sehingga jumlah peserta didik dalam satu rombel harus sesuai dengan kapasitas ruangan dan ketersediaan fasilitas yang ada. 2. Kualitas dan Kuantitas Pengajar Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah juga harus memperhatikan jumlah dan kualitas pengajar dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Idealnya, dalam satu rombel tetap harus mempertahankan kuantitas pengajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah peserta didik dan kapasitas mengajar dari setiap pengajar, dan menetapkan batas maksimal agar pengajar dapat fokus dalam memberikan materi pembelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam rombel. Selain itu, kualitas pengajar juga harus diperhatikan oleh kepala sekolah dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Jumlah pengajar yang minim akan mempengaruhi kualitas pengajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memperhatikan kualitas pengajar dalam setiap rombel agar dapat mencapai standar kualitas pendidikan yang lebih baik. Kependekan tenaga pengajar dapat berdampak pada kemampuan mereka untuk menghadirkan metode-metode belajar yang lebih variatif dan menarik sehingga dapat memicu peserta didik melakukan keaktifan dalam belajar. 3. Kebutuhan Individual Peserta Didik Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah perlu memperhatikan kebutuhan individual peserta didik dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Merujuk regulasi yang berlaku saat ini, setiap peserta didik memiliki kebutuhan pribadi yang berbeda-beda. Hal ini terkait dengan faktor kemampuan belajar atau daya tangkap setiap individu. Oleh sebab itu, setiap rombel dirancang untuk memberi pengajaran yang tepat bagi setiap individu. 4. Mencapai Optimalisasi Pembelajaran Peran Kepala Madrasah atau Kepala Sekolah dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel juga dapat mencapai optimalisasi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan kemampuan individual peserta didik, jumlah pengajar, kualitas pengajar, luas kelas, ketersediaan fasilitas yang diperlukan serta memberi dukungan kepada peserta didik dalam meningkatkan kemampuan belajarnya. Semua hal tersebut dapat membantu mencapai kualitas pembelajaran yang optimal dan memperoleh hasil yang lebih baik dari setiap program belajar yang berlangsung di sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah atau kepala Madrasah harus memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan evaluasi dalam menentukan jumlah peserta didik dalam satu rombel. Setiap pertimbangan yang dipertimbangkan oleh kepala sekolah harus dikomunikasikan dengan penuh terbuka agar menghasilkan keputusan yang sesuai. Sehingga, menurut regulasi bahwa kapasitas minimal peserta didik dalam suatu rombel yaitu sebesar 20 orang dan maksimal 35 orang, namun jumlah ideal sebaiknya tidak melebihi 30 orang. Setelah jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar ditentukan, pengelola gedung sekolah atau madrasah perlu menerapkan standar kapasitas kelas sesuai dengan aturan yang berlaku. Implikasi Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel terhadap Pembelajaran Dalam merancang sistem pendidikan yang baik, jumlah peserta didik dalam satu rombel menjadi perhatian serius. Hal ini karena jumlah peserta didik dalam satu rombel dapat mempengaruhi mutu pembelajaran yang terjadi di antara siswa dan guru. Besaran jumlah peserta didik dalam satu rombel menjadi faktor penting dalam keberhasilan program pendidikan yang diinginkan. Oleh karenanya, ada beberapa implikasi jumlah peserta didik dalam satu rombel terhadap pembelajaran yang perlu diketahui. 1. Kelancaran Komunikasi Jumlah peserta didik dalam satu rombel yang terlalu banyak dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi antara siswa dan guru. Ketika jumlah siswa dalam satu rombel terlalu padat, guru menjadi sulit untuk memperhatikan setiap siswa secara merata. Selain itu, siswa yang berada di bagian depan lebih mudah untuk mendapat perhatian guru daripada siswa yang berada di belakang. Terkadang, siswa yang berada di belakang merasa malu untuk bertanya karena merasa tidak terlalu diperhatikan. Ketidakmampuan siswa untuk berkomunikasi dengan guru secara langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hal ini bisa menyebabkan pengurangan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 2. Intensitas Pembelajaran Jumlah peserta didik dalam satu rombel yang terlalu banyak juga dapat mempengaruhi intensitas pembelajaran. Ruangan kelas yang terlalu sempit akan membuat siswa merasa tidak nyaman dan sulit berkonsentrasi. Jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu ruangan juga dapat membuat guru kesulitan mengontrol kelas. Penyampaian materi dari guru bisa menjadi tidak fokus akibat kurangnya kerja sama dari siswa. Selain itu, intensitas yang rendah bisa berdampak pada rasa bosan siswa. Contohnya, ketika siswa tidak merasa tertantang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, mereka bisa merasa bosan dan akhirnya tidak bersemangat untuk belajar. Kondisi seperti itu tentunya akan mempengaruhi berkurangnya kualitas pembelajaran yang diinginkan. 3. Kesuburan Kreativitas dan Inovasi Salah satu implikasi jumlah peserta didik dalam satu rombel terhadap pembelajaran adalah ketidakmampuan untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Dalam suatu kelas yang padat, setiap siswa akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Guru mungkin tidak mampu untuk memperhatikan setiap siswa secara detail. Kuota kelas yang terlalu padat membuat guru harus bertindak cepat dan memperhatikan siswa yang paling aktif. Ketika siswa memiliki kelebihan di bidang tertentu, guru mungkin tidak sempat membahas materi terkait secara lebih rinci. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi siswa yang ingin mengembangkan kreativitas dan inovasi. Kondisi sosial yang kurang condong pada kreativitas dapat menghambat potensi dan prestasi siswa di bidang tertentu. Ketiga implikasi jumlah peserta didik dalam satu rombel terhadap pembelajaran di atas tentu dapat dihindari dengan pengaturan yang sesuai oleh sekolah. Sekolah dapat mengatur kuota kelas yang berbeda-beda untuk setiap tingkat kelas. Guru juga harus memiliki metode mengajar yang baik dan efektif agar dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas kepada setiap siswanya. Kelebihan dan Kekurangan Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel yang Besar atau Kecil Jumlah peserta didik dalam satu rombel adalah hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh seluruh pihak di dunia pendidikan. Terdapat dua keadaan jumlah peserta didik dalam satu rombel, yaitu yang besar dan kecil. Kedua keadaan ini membawa dampak yang berbeda-beda terhadap peserta didik, pendidik, serta pelaksanaan pembelajaran. Dalam artikel ini, kami akan membahas kelebihan dan kekurangan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar dan kecil. Jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar biasanya mencapai 30 sampai 40 orang. Hal ini membuat rombel menjadi terlalu penuh sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Namun, terdapat beberapa kelebihan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar, antara lain 1. Lebih Efisien dan Efektif Dalam jumlah yang cukup banyak, peserta didik akan mudah berkomunikasi satu sama lain di dalam kelas. Selain itu, pendidik juga akan lebih mudah membagikan perhatiannya secara merata kepada seluruh peserta didik yang ada di dalam kelas. Hal ini sangat efisien dan efektif, terlebih bila jumlah peserta didik dalam satu sekolah sangat banyak, sehingga ketersediaan ruangan dan tenaga pendidik menjadi terbatas. 2. Lebih Enerjik dan Kreatif Sebuah kelompok besar biasanya lebih dinamis dan mempunyai lebih banyak ide terkait suatu topik. Dalam konteks pendidikan, hal ini berarti kelas akan lebih hidup dan memiliki suasana yang kreatif. Selain itu, peserta didik juga lebih cenderung saling memotivasi satu sama lain di dalam kelas. Kelebihan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar memang terdapat, namun dampak negatifnya tidak bisa dikesampingkan. Berikut ini adalah kekurangan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar. 1. Memperlambat Pembelajaran Terlalu banyak peserta didik dalam satu kelas bisa menimbulkan keruwetan saat pembelajaran berlangsung. Seorang pendidik akan membutuhkan waktu lebih untuk menjelaskan beberapa materi, serta mengarahkan interaksi peserta didik. Akibatnya, materi pembelajaran menjadi terpotong atau tersisa di kemudian hari. 2. Kurang Memperhatikan Perkembangan Peserta Didik Dalam jumlah yang besar, seorang pendidik cenderung kesulitan memantau jalannya perkembangan setiap peserta didik secara detail. Akibatnya, observasi setiap kelebihan dan kekurangan peserta didik sulit dilakukan secara efektif. Jumlah Peserta Didik dalam Satu Rombel yang Kecil Kebalikan dari jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar, jumlah peserta didik dalam satu rombel yang kecil biasanya hanya sekitar 10 sampai 20 orang. Terdapat beberapa kelebihan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang kecil, antara lain 1. Pembelajaran yang Lebih Fokus dan Dalam Seorang pendidik akan lebih mudah fokus kepada setiap peserta didik, serta menyesuaikan meteri pembelajaran secara lebih spesifik. Dalam artian lain, pendidik bisa lebih tepat mengatasi materi yang peserta didik anggap sulit atau belum paham. 2. Interaksi yang Baik antara Pendikik dan Peserta Didik Interaksi dalam jumlah peserta didik yang kecil sangatlah penting dalam memastikan pelaksanaan pembelajaran yang optimal. Seorang pendidik cenderung lebih mudah untuk membentuk hubungan baik dengan setiap peserta didik dalam satu rombel kecil dibandingkan dengan pendidik yang harus menghadapi rombel yang besar. Kelebihan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang kecil memang begitu menguntungkan, namun ada beberapa kekurangan yang harus menjadi perhatian kita selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini beberapa kekurangan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang kecil. 1. Terbatasnya Sumber Daya Rombel kecil biasanya berarti lebih sedikit sumber daya dan lebih sedikit fasilitas yang tersedia. Ini bisa menimbulkan ketidaksetaraan yang signifikan dalam pembelajaran, terlebih dalam perbandingan dengan jumlah peserta didik dalam rombel yang besar. 2. Kurangnya Keragaman dalam Kelas Kurangnya orang di dalam sebuah rombel kecil berarti kurangnya keragaman pandangan-pandangan dan ide-ide. Hal ini bisa menghambat mutu dari diskusi di dalam kelas serta fungsi dari pembelajaran kolaboratif. Demikian ulasan tentang kelebihan dan kekurangan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang besar atau kecil. Dalam memilih jumlah peserta didik dalam satu rombel, rendahnya akses dan kesetaraan harus menjadi perhatian, selain memastikan kualitas pendidikan yang optimal. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana Mengoptimalkan sarana dan prasarana merupakan salah satu langkah dalam mengatasi jumlah peserta didik yang tidak ideal dalam satu rombel. Sarana dan prasarana yang memadai dapat membuat lingkungan belajar peserta didik semakin baik serta dapat mempengaruhi dari segi psikologis. Sekolah sebaiknya mampu memberikan fasilitas yang lengkap seperti meja kursi, papan tulis, buku-buku pelajaran yang memadai, komputer atau laptop, koneksi internet, dan lain sebagainya. Sarana dan prasarana tersebut dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran maupun memperluas wawasan mereka. Meningkatkan Kualitas Guru Kualitas guru sangat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain memberikan materi pelajaran, guru juga memiliki tugas untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat mencapai prestasi terbaiknya. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan kualitas guru yang dimiliki. Pihak sekolah dapat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para guru agar memiliki metode dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran. Selain itu, pihak sekolah juga perlu memberikan penghargaan atau insentif kepada guru yang berhasil meningkatkan mutu pembelajaran dan mencapai target yang ditentukan. Pembelajaran Berbasis Teknologi Menerapkan teknologi dalam pembelajaran dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengatasi permasalahan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak ideal. Teknologi dapat memberikan akses pada peserta didik untuk belajar secara mandiri dan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pembelajaran berbasis teknologi juga dapat lebih menarik perhatian peserta didik dan mengurangi rasa bosan pada saat pembelajaran dilakukan. Beberapa teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran seperti audio visual, animasi, game yang memberikan edukasi serta platform pembelajaran online yang dapat diakses melalui Internet sebagai media sumber belajar. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Cooperative Learning Metode Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang dilakukan secara kelompok cooperative dan berbasis kerjasama. Setiap anggota kelompok mendapatkan peran tertentu dalam proses pembelajaran dan diberikan tanggung jawab untuk mendukung keberhasilan kelompoknya. Metode ini sangat cocok diterapkan dalam situasi jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak ideal. Dengan metode Cooperative Learning, peserta didik dapat lebih terlibat aktif dalam pembelajaran dan mendapat dukungan dari anggota kelompoknya untuk saling membantu dalam menghadapi kesulitan belajar. Penambahan Tambahan Jam Pelajaran Untuk mengatasi permasalahan jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak ideal, pihak sekolah dapat menambah waktu pelajaran dalam satu hari pembelajaran. Dengan penambahan waktu, peserta didik dapat lebih banyak mendapatkan materi pembelajaran dan mendapatkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Penambahan waktu pelajaran juga dapat memberikan waktu bagi para guru untuk lebih banyak memberikan penjelasan dan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan bantuan dalam pelajaran. Meskipun menambah jumlah waktu belajar, pihak sekolah tetap perlu memperhatikan tingkat kelelahan para peserta didik agar pembelajaran tetap efektif tanpa mengabaikan kesehatan para peserta didik. JumlahRombongan Belajar Berdasarkan Rasio Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, aturan pengisian jumlah rombongan belajar berdasarkan rasio jumlah peserta didik diterapkan dalam Aplikasi Dapodik versi 2019 ini. Rasio rombel ini hanya berlaku untuk tingkat 1, 7 dan 10. rombel dan peserta didik di sekolah Jumlah Maksimum Siswa dan Rombel yang diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan disebut Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang juga mencakup Jumlah Maksimum Siswa dan Rombel yang diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Standar Proses merupakan produk hukum melalui permendikbud, dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan SKL dan Standar Isi SI yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Dalam melakukan perencanaan pembelajaran, tidak lupa jumlah siswa dan jumlah rombel wajib juga untuk di rencanakan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana. Jumlah rombongan belajar rombel per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 sebagai berikut berikut Jumlah Rombongan Belajar dalam satuan pendidikan SD/MI Jumlah Rombel Minimal 6 rombel maksimal 24 rombel SMP/MTs Jumlah Rombel Minimal 3 rombel maksimal 33 rombel SMA/MA Jumlah Rombel Minimal 3 rombel maksimal 36 rombel SMK Jumlah Rombel Minimal 3 rombel maksimal 72 rombel SDLB Jumlah Rombel maksimal 6 rombel SMPLB Jumlah Rombel maksimal 3 rombel SMALB Jumlah Rombel maksimal 3 rombel Jumlah Maksimum siswa dalam rombel di satuan pendidikan SD/MI Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 28 Siswa SMP/MTs Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 32 Siswa SMA/MA Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 36 Siswa SMK Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 36 Siswa SDLB Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 5 Siswa SMPLB Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 8 Siswa SMALB Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombongan Belajar 8 Siswa Produk hukum ini berjudul Jumlah Maksimum Siswa dan Rombel yang diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Demikianlah yang dapat disampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin. Terimakasih telah membaca sampai selesai produk hukum ini yang berjudul Jumlah Maksimum Siswa dan Rombel yang diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dengan link
Salahsatu hal utama yang diatur dan dibahas dalam Permendikbud tersebut ialah mengenai jumlah peserta didik di dalam satu rombongan belajar (rombel) dan juga jumlah rombel pada setiap sekolah. Maka dari itu kali ini saya akan membahas mengenai Aturan Jumlah Siswa dan Rombel Sekolah Terbaru. Silahkan perhatikan baik-baik.
Rasio jumlah siswa akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2020 atau semester kedua tahun pedoman 2020/2020. Sebelumnya sudah akan diberlakukan pada semester I 2020/2020 namun tertunda jawaban minimnya sosialisasi dan ketidaktahuan sekolah ihwal penentuan jumlah rombel dan siswa yang tercantum dalam Permendikbud nomor 17 tahun 2020 khususnya pasal 24 dan 25. Selain itu kalau diberlakukan pada dikala semester 1 akan menciptakan data dapodik awut-awutan dengan bongkar pasang rombel dan siswa. penentuan jumlah rombel siswa Jumlah akseptor didik dalam satu rombel Dalam Bab V Permendikbud 17 tahun 2020 diatur mengenai Jumlah minimal dan maksimal akseptor didik dalam satu rombongan belajar, tercantum pada pasal 24 Pasal 24 Jumlah akseptor didik dalam satu Rombongan Belajar diatur sebagai berikut a. SD dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 dua puluh akseptor didik dan paling banyak 28 dua puluh delapan akseptor didik; b. SMP dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 dua puluh akseptor didik dan paling banyak 32 tiga puluh dua akseptor didik; c. Sekolah Menengan Atas dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 dua puluh akseptor didik dan paling banyak 36 tiga puluh enam akseptor didik; d. Sekolah Menengah kejuruan dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 15 lima belas akseptor didik dan paling banyak 36 tiga puluh enam akseptor didik. e. SD Luar Biasa SDLB dalam satu kelas berjumlah paling banyak 5 lima akseptor didik; dan f. SMP Luar Biasa SMPLB dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB dalam satu kelas berjumlah paling banyak 8 delapan akseptor didik. Pasal 24 diatas mengatur kalau terdapat kelas paralel atau lebih dari satu kelas/rombel. Bagaimana kalau kurang dari persyaratan jumlah siswa minimal? Hal ini dikecualikan, menyerupai disebutkan pada pasal 25 yang berbunyi Ketentuan jumlah akseptor didik dalam 1 satu Rombongan Belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sanggup dikecualikan paling banyak 1 satu Rombongan Belajar dalam 1 satu tingkat kelas. Penentuan Jumlah Rombel dalam satu sekolah Selain mengatur jumlah minimal dan maksimal dalam satu rombel disebutkan pula dalam bab kedua Bab V pasal 26 yang mengatur mengenai jumlah rombel dalam satu sekolah. Pasal 26 Jumlah Rombongan Belajar pada Sekolah diatur sebagai berikut a. SD atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 6 enam dan paling banyak 24 dua puluh empat Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 4 empat Rombongan Belajar; b. SMP atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 tiga dan paling banyak 33 tiga puluh tiga Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 11 sebelas Rombongan Belajar; c. Sekolah Menengan Atas atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 tiga dan paling banyak 36 tiga puluh enam Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 12 dua belas Rombongan Belajar; dan d. Sekolah Menengah kejuruan atau bentuk lain yang sederajat berjumlah paling sedikit 3 tiga dan paling banyak 72 tujuh puluh dua Rombongan Belajar, masing-masing tingkat paling banyak 24 dua puluh empat Rombongan Belajar. Sedikit pencerahan mengenai penentuan jumlah romber menurut pasal 25 permendikbud nomor 17 tahun 2020 sesuai instruksi dari Ditjen GTK Tagor Alamsyah Harahap yaitu sebagai berikut. Pengertian pasal 25 Permendikbud No. 17/2020, bahwa dalam pembentukan jumlah rombongan berguru rombel setiap tingkat dibuat dengan cara memaksimalkan jumlah siswa per rombel dari total jumlah siswa yang ada pada tingkat tersebut, dan diperbolehkan salah satu dari rombel yg ada diisi dengan jumlah siswa kurang dari jumlah maksimal yg dipersyaratkan. Pengertian pasal 25 Permendikbud No. 17/2020, bahwa dalam pembentukan jumlah rombongan berguru rombel setiap tingkat... Dikirim oleh Tagor Alamsyah Harahap pada 24 November 2020 Dengan pemberlakuan Permendikbud 17 tahun 2020 pada tahun 2020 ini maka akan berdampak pada pengaturan jumlah siswa dalam satu rombel maupun jumlah rombel dalam satu sekolah, sehingga mau tidak mau sekolah harus mengatur ulang rombel dalam aplikasi dapodik kalau tidak ada kesesuaian dengan aturan. Pengaturan dan penentuan jumlah siswa dalam satu rombel ini wajib diaplikasikan ke dalam aplikasi dapodik. Tentu saja sekolah yang mempunyai jumlah siswa yang banya khususnya diwilayah perkotaan dan mempunyai kelas paralel yang akan terdampak langsung. Namun hal yang menjadi pertanyaan yaitu apakah Jumlah minimal dan maksimal akseptor didik dalam satu rombongan berguru ini berlaku bagi siswa gres saja, dalam artian kelas 1 SD, 7 SMP, atau 10 SMA/SMK seperti yang pernah beredar pada kabar-kabar sebelumnya ataukah berlaku untuk semua kelas. Pemberlakuan Permendikbud 17 tahun 2020 pasal 26 ini juga bertujuan biar tidak ada sekolah favorit yang "serakah" dalam melakukan PPDB/PSB. Serakah dalam artian mendapatkan siswa tidak sesuai ketentuan dengan berusaha mendapatkan siswa sebanyak-banyaknya. Sehingga sekolah lain kekurangan siswa. Jelas sekali Permendikbud 17 tahun 2020 ini bertujuan untuk pemerataan sehingga diberlakukan sistem zonasi menyerupai disebutkan dalam pasal 15. Apa yang harus dilakukan operator dapodik? Sebagai operator dapodik, tentu kita harus mengkonsultasikan hal ini dengan operator kabupaten dan Kepala Sekolah, kalau dirasa dalam aplikasi dapodik jumlah siswa dan rombel tidak sesuai dengan pasal-pasal diatas. Karena sanggup saja hal ini berdampak pada proses penerbitan SKTP dan lembar gosip GTK Guru. Silakan dibaca-baca kembali beberapa post FB Pak Tagor Alamsyah alasannya yaitu untuk pengaturan jumlah siswa sudah cukup terperinci atau bertanya digrup-grup medsos kalau belum paham. Silakan diunduh Permendikbud 17 tahun 2020 pada link di bawah.KMA4Uxj.